NABI MUHAMMAD TIDAK PERNAH
MENIKAHI AISYAH YANG BERUMUR 6 TAHUN…!!!
Tulisan ini mencoba
meluruskan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ra. yang telah
berabad-abad lamanya diyakini secara tidak rasional. Dan efeknya, orientalis
Barat pun memanfaatkan celah argumen data pernikahan ini sebagai alat tuduh
terhadap Rasulullah dengan menganggapnya fedofilia. Mari kita buktikan. Secara
keseluruhan data-data yang dipaparkan tulisan ini diambil dari hasil riset
Dr.M. Syafii Antonio dalam bukunya, Muhammad SAW The Super Leader Super Manager
(2007)
Memang riwayat pernikahan
Rasulullah dengan Aisyah ra. Ketika Aisyah berumur 6 tahun dan serumah saat
Aisyah sudah berumur 9 tahun, merupakan riwayat yang sangat terkenal baik
dikalangan umat Islam sendiri, apalagi dikalangan umat
Kristen. Orang-orang Kristen, apalagi kelompok orientalis selalu
menjadikan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah sebagai senjata untuk
menghujat dan melecehkan Rasulullah SAW. Setiap buku-buku yang ditulis oleh
orientalis pasti tidak ketinggalan riwayat pernikahan Rasulullah dengan Aisyah
selalu menjadi andalan untuk mencuci otak umat Islam yang awam, agar mereka
ragu atas kenabian Muhammad SAW.
Kualitas
Hadits
Alasan
pertama. Hadits terkait umur Aisyah saat menikah tergolong problematik alias
dho’if. Beberapa riwayat yang menerangkan tentang pernikahan Aisyah dengan
Rasulullah yang bertebaran dalam kitab-kitab Hadits hanya bersumber pada
satu-satunya rowi yakni Hisyam bin ‘Urwah yang didengarnya sendiri dari
ayahnya. Mengherankan mengapa Hisyam saja satu-satunya yang pernah menyuarakan
tentang umur pernikahan ‘Aisyah r.a tersebut. Bahkan tidak oleh Abu Hurairah
ataupun Malik bin Anas. Itu pun baru diutarakan Hisyam tatkala telah bermukim
di iraq.
Hisyam
pindah bermukim ke negeri Iraq dalam umur 71 tahun. Mengenai Hisyam ini, Ya’qub
bin Syaibah berkata: “Apa yang dituturkan oleh Hisyam sangat terpercaya,
kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq.” Syaibah
menambahkan, bahwa Malik bin Anas menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh
penduduk Iraq. (Ibn Hajar Al-Asqalani, Tahzib al-Tahzib. Dar Ihya al-Turats
al-Islami, Jilid II, hal. 50) Termaktub pula dalam buku tentang sketsa
kehidupan para perawi Hadits, bahwa tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya
sangat menurun (Al-Maktabah Al-Athriyah, Jilid 4, hal. 301). Alhasil, riwayat
umur pernikahan Aisyah yang bersumber dari Hisyam ibn ‘Urwah, tertolak.
Urutan Peristiwa Kronologis
Alasan kedua. Terlebih
dahulu perlu diketahui peristiwa-peristiwa penting secara kronologis ini:
Pra-610 M : Zaman Jahiliyah
610 M : Permulaan Wahyu
turun
610 M : Abu Bakar r.a.
masuk Islam
613 M : Nabi Muhammad SAW
mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M : Umat Islam hijrah I
ke Habsyah
616 M : Umar bin al-Khattab
masuk Islam
620 M : Aisyah r.a
dinikahkan
622 M : Hijrah ke Madinah
623/624 M : Aisyah serumah
sebagai suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW.
Menurut
Al-Thabari, Keempat Anak Abu Bakar Ra. Dilahirkan Oleh Isterinya Pada Masa
Jahiliyah. Artinya Sebelum 610 M.
Jika
‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun berarti ‘Aisyah lahir tahun 613 M.
Padahal menurut Al-Thabari semua keempat anak Abu Bakar ra. lahir pada zaman
Jahiliyah, yaitu sebelum tahun 610. Jadi kalau Aisyah ra. Dinikahkan sebelum
620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai
suami isteri dengan Nabi Muhammad SAW dalam umur di atas 13 tahun. Kalau di
atas 13 tahun, dalam umur berapa pastinya beliau dinikahkan dan serumah? untuk
itu kita perlu menengok kepada kakak perempuan Aisyah ra. yaitu Asma.
Perhitungan
Umur Aisyah :
Menurut
Abdurrahman ibn Abi Zannad, “Asma 10 tahun lebih tua dari Aisyah ra.”
(At-Thabari, Tarikh Al-Mamluk, Jilid 4, hal. 50. Tabari meninggal 922 M)
Menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani, Asma hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal
tahun 73 atau 74 Hijriyah (Al-Asqalani, Taqrib al-Tahzib, hal. 654). Artinya,
apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal pada tahun 73 atau 74
Hijriyah, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga Aisyah
berumur (27 atau 28) – 10 = 17 atau 18 tahun pada waktu Hijriyah. Dengan
demikian berarti Aisyah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad SAW
pada waktu berumur 19 atau 20 tahun.
Pembenaran-Pembenaran
Yang Dipaksakan Itu Adalah:
Menganggap
pernikahan itu adalah wajar pada masa itu. Pernikahan tersebut menunjukan bahwa
Aisyah ra. sudah matang berumah tangga sejak kecil dan merupakan kehebatan
Islam dalam membentuk kedewasaan seorang anak. Bagaimanapun, penjelasan diatas
tidak bisa diterima begitu saja oleh akal sehat. Hanya orang-orang naif yang
mempercayai jawaban itu dan secara tidak langsung terus menerus mengkampanyekan
pernikahan Aisyah ra. saat berumur 6 tahun. Akibatnya, fitnah besar telah
datang terhadap kehormatan diri Rasulullah yang suci, pribadi yang maksum,
teladan umat Islam. Fitnah tersebut adalah bahwa seorang Nabi telah menikahi
anak perempuan di bawah umur, melucuti pakaian dan meniduri anak-anak yang
masih lucu-lucunya sambil memegang bonekanya. Belum lagi tuduhan pedofilia yang
di lancarkan musuh-musuh Islam terhadap Rasulullah s.a.w. Naudzubullahi min
dzalik.
Sebagian
umat Islam bungkam atas kebenaran yang dipaksakan ini, lalu mereka
membuat pembenaran dengan cara yang dipaksakan pula agar pembenaran tersebut
terlihat logis. Anda tentu tidak akan menikahkan anak perempuan anda yang
berumur 6 tahun demi menjalankan sunnah rasul. Tidak benar bahwa Aisyah menikah
ketika berumur 6 tahun. Itu fitnah yang sangat keji. Seorang ulama besar
hindustan diabad 20, Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi karena
kecintaannya kepada pribadi Nabi muhammad, telah mengkaji secara mendalam umur
Aisyah ra. Dan men-tahqiq hadist yang disahihkan oleh Bukhari-Muslim dalam
kitab-nya yang berjudul “Umur Aesyah?”.
Tentang
umur Aisyah ra. banyak ahli sejarah yang menyampaikan pendapatnya. Ada yang
mengatakan 9 tahun, 14 tahun, namun kebanyakan berpegang pada kitab Sahih
Bukrori-Muslim yang menyebutkan Aisyah berumur 6 tahun saat menikah. Dari
Aisyah ra, ia berkata: Rasulullah s.a.w menikahiku pada saat aku berusia enam
tahun dan beliau menggauliku saat berusia sembilan tahun. Aisyah ra.
melanjutkan: Ketika kami tiba di Madinah, aku terserang penyakit demam selama
sebulan setelah itu rambutku tumbuh lebat sepanjang pundak. Kemudian Ummu Ruman
datang menemuiku waktu aku sedangbermain ayunan bersama beberapa orang teman
perempuanku. Ia berteriak memanggilku, lalu aku mendatanginya sedangkan aku
tidak mengetahui apayang diinginkan dariku. Kemudian ia segera menarik tanganku
dan dituntun sampai di muka pintu. Aku berkata: Huh.. huh.. hingga nafasku
lega.
Kemudian
Ummu Ruman dan aku memasuki sebuah rumah yang di sana telah banyak wanita
Ansar. Mereka mengucapkan selamat dan berkah dan atas nasib yang baik. Ummu
Ruman menyerahkanku kepada mereka sehingga mereka lalu memandikanku dan
meriasku, dan tidak ada yang membuatku terkejut kecuali ketika Rasulullah s.a.w
datang dan mereka meyerahkanku kepada beliau . [Bukhari-Muslim No. 69 (1442)]
Makna
yang sama tercatat juga dalam kitab Sahih Bukhari Volume 5, buku-58 nomor 238.
Dan masih banyak lagi di dalam hadist dalam kitab Bukhari-Muslim yang mencatat
cerita Aisyah ra. ini, dimana memuat 3 informasi penting, yaitu: (1) Aisyah ra.
di nikahi saat berumur 6 tahun, (2) berumah tangga saat berumur 9 tahun, (3)
saat dirinya di serahkan kepada Rasulullah, Aisyah sedang bermain-main ayunan.
Hadist
Umur Aisyah Ra. Tidak Shahih
Hz.
Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mencatat keganjilan pada
hadis-hadist yang menyebut umur Aisyah ra. Bukti-bukti dalam kitab-kitab yang
ditulis oleh ulama Islam berselisih tentang perawi hadist tersebut riwayatnya
bersumber dari Aisyah ra. atau-kah pengamatan Urwah bin Zubair. Tapi yang
pasti, bukan kata-kata Rasulullah s.a.w. Jika ini adalah kata-kata Urwah bin
Zubair, maka itu bukanlah hadist dan hanya sekedar dongeng serta tidak memiliki
implikasi apapun terhadap syariah.
Namun
jika ini perkataan Aisyah ra., setelah dicermati, semua hadist
tersebut perawinya tersambung kepada Hisyam bin Urwah dari bapaknya Urwah bin
Zubair yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Hanya dari garis itu saja, hanya
Hisyam bin Urwah dan Urwah bin Zubair! Tidak ada yang lain. Tidak ada
sahabat-sahabat nabi lainnya menceritakan umur Aisyah ra. saat menikah. Hanya
ada Hisyam bin Urwah!
Ada apa
dengan Hisyam bin Urwah? Dan siapa Urwah bin Zubair?
Tentang Hisyam bin Urwah, dua ulama besar pernah menjadi muridnya, yaitu Imam
Malik dan Imam Hanafi. Hadist tentang pernikahan Rasulullah dengan Aisyah ini
tidak tercatat dalam kitab Muwatta yang di tulis oleh muridnya Hisyam bin
Urwah, yaitu Imam Malik. Hadist ini juga tidak tercatat di kitab-kitab yang
ditulis oleh Abu Hanifah, sedangkan Abu Hanifah adalah murid Hisyam bin Urwah.
Imam
Malik sendiri sebagai murid Hisyam bin Urwah pernah berkata dalam kitab Muwatta
menyatakan bahwa: Hisyam layak dipercaya dalam semua perkara, kecuali setelah
dia tinggal di Iraq. Imam Malik sangat tidak rela dan tidak setuju Hisyam bin
Urwah dikatakan sebagai perawi Hadist. Tehzib al-Tehzib, merupakan buku yang
membahas mengenai kehidupan dan kridibilitas perawi
hadis-hadits nabi saw, menulis Hadist-hadist yang bersanad oleh
Hisham bin Urwah adalah shahih kecuali hadis-hadisnya yang diterima oleh Hisyam
bin Urwah dari riwayat yang disampaikan oleh orang-orang
dari Iraq.
Ibnu
Hajar mengatakan, Penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam bin Urwah yang ia
dengar dari ceritak orang-orang Iraq. Dalam kesempatan lain Ibnu Hajar
mengatakan tentang Hisyam bin Urwah sebagai seorang Mudallis. Yaqub bin Abi
Syaibah berkata: Hisyam adalah orang yang tsiqoh (terpercaya), tidak ada
riwayatnya yang dicurigai, kecuali setelah ia tinggal di Irak. Cukup
mengejutkan setelah kita mengetahui bahwa para perawi hadist umur Aisyah ra.
semuanya penduduk Iraq.
Dari
Orang-Orang Kufah, Iraq:
Sufyan
bin Said Al-Thawri Al-Kufi, Sufyan bin ?, Ainia Al-KufiAli
bin Masher Al-Kufi, Abu Muawiyah Al-Farid Al-Kufi, Waki bin Bakar
Al-Kufi, Yunus bin Bakar Al-Kufi, Abu Salmah Al-Kufi, Hammad bin Zaid Al-Kufi,
Abdah bin Sulaiman Al-Kufi
Dari Penduduk Basrah, Iraq:
Hammad
bin Salamah Al-Basri, Jafar bin Sulaiman Al-Basri, Hammad bin Said Basri, Wahab
bin Khalid Basri
Itulah orang-orang yang
meriwayatkan hadist umur Aisyah ra dari Hisyam bin Urwah. Hisyam hijrah ke Iraq
ketika berumur 71 tahun. Adalah aneh jika selama hidupnya Hisyam bin Urwah
tidak pernah menceritakan hadist ini kepada murid-muridnya seperti Imam Malik
dan Imam Hanafi dan sahabat-sahabatnya di Madinah selama 71 tahun tinggal di
Madinah.
Justru ia
menceritakan hadist ini ketika hari tua menjelang ajalnya kepada orang-orang
Iraq. Lebih aneh lagi ketika kita mengetahui bahwa tidak ada penduduk Madinah
atau Mekkah yang ikut meriwayatkan hadist tersebut. Bukankah Madinah adalah
tempat dimana Aisyah ra. dan Rasulullah s.a.w pernah tinggal, serta tempat
dimana penduduk Madinah menyaksikan waktu dimana Aisyah ra. mulai berumah
tangga dengan Rasulullah s.a.w. Lalu mengapa orang-orang Iraq yang memiliki
hadist ini? Sesuatu yang aneh bukan?
Jadi
kesimpulannya jelas, hadist umur Aisyah ra. saat menikah diceritakan hanya oleh
orang-orang Irak dari Hisyam bin Urwah. Hisyam bin Urwah mendapatkan hadist ini
dari bapaknya, Urwah bin Zubair. Ibnu Hajar menyebut tentang Urwah bin Zubair
seorang nashibi (orang yang membenci ahlul bait). Menurut Ibnu Hajar, seorang
nashibi riwayatnya tidak di percaya.
Kita
tidak perlu meragukan nasihat dan ilmu yang dimiliki Hisyam bin Urwah saat ia
tinggal di Madinah. Namun kita perlu memperhatikan pendapat ulama-ulama salaf
yang menolak semua hadist yang di riwayatkan Hisyam bin Urwah saat ia tinggal
di Iraq. Lalu bagaimana bisa Bukhari Muslim mencatat hadist ini dalam
shahihnya?
Imam
Bukhori Dan Muslim Tidak Mempersoalkan Perawi Hadits Tentang Umur Aisyah Ketika
Menikah Dengan Rasulullah, Karena Dianggap Bukan Hadits Nabi, Hanya Riwayat
Dari Sahabat
Salah
satu prinsip ulama hadist yang dinukilkan oleh Baihaqi adalah:
Apabila kami meriwayatkan hadis mengenai halal dan haram dan perintah dan
larangan, kami menilai dengan ketat sanad-sanad dan mengkritik
perawi-perawinya, akan tetapi apabila kami meriwayatkan tentang fazail
(keutamaan) , pahala dan azab, kami mempermudahkan tentang sanad dan berlembut
tentang syarat-syarat perawi.(Fatehul-Ghaith, ms 120)
Disinilah
letak masalahnya. Umur Aisyah memang digampangkan kritik perawinya karena
dipandang bukan bab penting mengenai halal atau haram suatu syariah. Para ulama
hadist mengabaikan kesilapan dan kelemahan perawi dalam hadist Umur Aisyah
karena umur tersebut dianggap tidak penting. Mereka tidak memeriksa perawinya
secara terperinci. Dan tidak membayangkan kalau cerita ini justru menghina
Rasulullah saw. Kemudian menjadi senjata bagi kaum Kristen untuk melecehkan dan
menghina nabi Muhammad SAW.
Ibnu
Hajar membela Bukhari tidak mungkin tersilap dalam mengambil perawi. Namun
dengan kesal Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi mengatakan bahwa
semua riwayat Hisyam setelah tinggal di Iraq tidak bisa diterima. Mengenai
tidak diterimanya Hisyam setelah di tinggal Irak, Ibnu Hajar mengakui bahwa
penduduk Madinah menolak riwayat Hisyam. Mengenai ini, saya berpendapat Ibnu
Hajar dan Imam Bukhari tidak menyadari keputusannya mempermudah sanad dan
berlemahlembut dalam syarat perawi pada hadist umur Aisyah ra. Telah menciderai
kepribadian Rasulullah beberapa abad kemudian. Saya tidak menampik keluasan
ilmu kedua ulama besar tersebut, tapi kita yang hidup jaman sekarang patut
meluruskan hadist tersebut.
Ketidaktelitian
riwayat Hisyam ini memang tidak mengalami masalah di jaman dulu, namun
berakibat buruk saat ini. Di abad ke 20 ini, tanpa disadari oleh ulama-ulama
hadist di jaman dulu, masalah umur Aisyah ra. telah menjadi fitnah yang keji
terhadap pribadi Rasulullah s.a.w. Fitnah ini tanpa sadar diiyakan oleh umat
Islam sambil terseok-seok mencari pembenarannya. Alhamdulillah, fitnah ini
telah diluruskan oleh Hz. Maulana Habibur Rahman Siddiqui Al-Kandahlawi yang
men-tahqiq hadist Bukhari tersebut.
Setelah
kita mengetahui bahwa hadist tentang umur Aisyah ra. Saat menikah dengan
Rasulullah s.a.w adalah hadist yang dhaif atau di-dhaifkan, maka sudah
sepantasnya umat Islam tidak lagi menulis atau menyebutkan umur Aisyah ra. saat
menikah dengan Rasulullah adalah 6 tahun dan berumah tangga umur 9 tahun, itu
suatu penghinaan terhadap kemuliaan dan kesucian junjungan kita nabi Muhammad
saw.
Seorang
ahli hadits, termasuk guru saya, beliau masih saja berpegang kepada hadits
riwayat Hisyam bin Urwah ini. Setelah berdebat dengan
saya beberapa waktu, akhirnya dia ikut mengakui bahwa memang hadits
Hisyam bin Urwah yang meriwayatkan Aisyah berumur 6 tahun saat menikah dengan Rasulullah
adalah hadits palsu, setelah saya selidiki dengan cermat, katanya.
Masih
banyak ustadz-ustadz, kiyai-kiyai, ulama yang percaya dengan hadits dari Hisyam
bin Urwah ini, bahkan mereka bangga nabi mereka menikahi Aisyah yang berumur 6
tahun, mereka sadar atau tidak sadar sudah ikut menebarkan fitnah yang sangat
keji terhadap nabi Muhammad saw dan merendahkan kemuliaan nabi Muhammad saw
yang katanya sangat mereka cintai.
Ditulis
karena kecintaan yang sangat besar kepada Ummul Mukminin Aisyah ra, Istri
Rasulullah saw, putri Khalifah pertama umat Islam, dan sumber periwayat hampir
seper-empat hadist-hadist dan sunnah Rasul.
Sebagai
Tambahan Data-Data Berikut Dapat Digunakan Untuk Menganalisa Umur Aisyah Ra
Saat Menikah Dengan Rasulullah SAW.
DATA 1 : AISYAH DIPINANG
NABI SAW
Menurut
Tabari (juga menurut Hisham ibn `Urwah, Ibn Hunbal and Ibn Sad), Aisyah
dipinang pada usia 7 tahun dan mulai berumah tangga (tinggal bersama Nabi) pada
usia 9 tahun. Tetapi, di bagian lain, Al-Tabari mengatakan: “Semua anak Abu
Bakar ada 4 orang dilahirkan pada masa jahiliyah dari 2 isterinya.”
(Tarikhu’l-umam wa’l-mamlu’k, Al-Tabari (died 922), Vol. 4,p. 50, Arabic,
Dara’l-fikr, Beirut, 1979).
Jika
Aisyah dipinang pada 620M (Aisyah umur 7 tahun) dan berumah tangga (tinggal bersama
Nabi) pada tahun 623/624M (usia 9 tahun), ini berarti bahwa Aisyah dilahirkan
pada 613M (selepas zaman jahiliah). Al-Tabari bertentangan dalam riwayat yang
ia tulis sendiri, bahwa Aisyah seharusnya dilahirkan ketika zaman jahiliah,
iaitu sebelum tahun 610M.
Jika kita
tetap mengunapakai penyataan Al-Tabari bahawa Aisyah memang lahir di zaman
jahiliyah yaitu sebelum 610M, artinya Aisyah ketika tinggal bersama Nabi
seharusnya paling tidak telah berusia 13 tahun, bukannya 9 tahun.
KESIMPULAN:
Periwayatan Al-Tabari mengenai umur Aisyah adalah tidak konsisten.
DATA 2 : PERBANDINGAN UMUR
AISYAH DENGAN KAKAKNYA ASMA
Menurut
Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d: “Asma lebih tua 10 tahun dibanding Aisyah”
(Siyar A`la’ma’l-nubala’, Al-Zahabi, Vol. 2, p. 289, Arabic, Mu’assasatu’l-risalah,
Beirut, 1992).
Menurut
Ibn Kathir: “Asma lebih tua 10 tahun dari adiknya (Aisyah)” (Al-Bidayah
wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 371,Dar al-fikr al-`arabi, Al-jizah,
1933).
Menurut
Ibn Kathir: “Asma melihat pembunuhan anaknya pada tahun 73 H, dan 5 hari
kemudian Asma meninggal. Menurut riwayat lainya, dia meninggal 10 atau 20 hari
kemudian, atau beberapa hari lebih dari 20 hari, atau 100 hari kemudian.
Riwayat yang paling kuat adalah 100 hari kemudian. Pada waktu Asma Meninggal, dia
berusia 100 tahun” (Al-Bidayah wa’l-nihayah, Ibn Kathir, Vol. 8, p. 372, Dar
al-fikr al-`arabi, Al- jizah, 1933)
Menurut
Ibn Hajar Al-Asqalani: “Asma hidup sampai 100 tahun dan meninggal pada 73 atau
74 H.” (Taqribu’l-tehzib, Ibn Hajar Al-Asqalani,p. 654, Arabic, Bab fi’l-nisa’,
al-harfu’l-alif, Lucknow).
Menurut
sebahagian besar ahli sejarah, Asma, saudara tertua Aisyah, berbeda umur 10
tahun dengan Aisyah. Jika Asma wafat pada usia 100 tahun yaitu tanggal
73H/695M, Asma seharusnya berusia 27 tahun ketika hijrah ke Madinah (622M).
Jika Asma
berusia 27 tahun ketika hijrah ke Madinah (622M), Aisyah pula seharusnya
berusia 17 tahun ketika hijrah ke Madinah, karena beda umur mereka 10 tahun.
Dan mengikut kronologi diatas, maka Aisyah mulai tinggal bersama-sama Nabi
s.a.w pada tahun 623-624M/2H sekaligus membuktikan Aisyah berusia 19 atau 20
tahun ketika pertama tinggal serumah bersama Nabi s.a.w., dan bukannya 9 tahun.
Berdasarkan
Hajar, Ibn Katir, and Abda’l-Rahman ibn abi zanna’d, terbukti usia Aisyah
ketika beliau berumah tangga dengan Rasulullah adalah 19 atau 20 tahun. Namun
pada DATA 3 berikutnya Ibn Hajar akan menentang sendiri pernyataannya itu.
DATA 3 : PERBANDINGAN UMUR
AISYAH DENGAN FATIMAH
Menurut
Ibn Hajar, “Fatima dilahirkan ketika Ka`bah dibangun kembali atau direnovasi,
ketika Nabi s.a.w berusia 35 tahun. Fatimah 5 tahun lebih tua dari Aisyah.”
(Al-isabah fi tamyizi’l-sahabah, Ibn Hajar al-Asqalani, Vol. 4, p. 377,
Maktabatu’l-Riyadh al-haditha, al-Riyadh,1978).
Jika
kenyataan Ibn Hajar adalah fakta, berarti Aisyah dilahirkan ketika Nabi berusia
40 tahun. Jika Aisyah dinikahi Nabi s.a.w pada saat usia Nabi 52 tahun, maka
usia Aisyah ketika menikah adalah 12 tahun.
KESIMPULAN: Ibn
Hajar, Tabari, Ibn Hisham, dan Ibn Humbal bertentangan antara satu sama lain.
Jelasnya riwayat mengatakan Aisyah menikah pada usia 9 tahun tidak berdasar
sama sekali.
DATA 4 : AISYAH BERTUNANGAN
DENGAN JUBAIR MASA JAHILIYAH
Menurut
sejarah, sebelum menikah dengan Nabi s.a.w, Aisyah adalah tunangan dari Jubair
ibn Mut‘im ibn Adi, seorang kafir. Setelah datangnya Islam, ibu bapa Jubair
bimbang anaknya akan dipaksa memeluk Islam jika mau meneruskan perkahwinan,
karena Aisyah telah memeluk Islam. Justru, ibubapa Jubair telah mengambil
keputusan untuk memutuskan pertunangan anak mereka, selanjutnya Aisyah kemudian
dinikahkan dengan Nabi s.a.w.
Satu
fakta disini, ialah pertunangan Aisyah dengan Jubair terjadi sebelum kedatangan
Islam (jahiliyah). Karena setelah Islam datang Aisyah pun memeluk Islam,
persoalan ini dijadikan alasan oleh ibubapa Jubair untuk memutuskan pertunangan
mereka. Jadi jelas sekali bahwa pertunangan Aisyah r.a dengan Jubair terjadi
pada saat masa jahiliyah.
Tetapi,
jika dilihat dari kronologi asal sejarah seperti diatas, Aishah diketahui lahir
pada tahun 614M, yaitu setelah kedatangan Islam (610M). Karena itu, mana
mungkin Aisyah lahir pada 614M setelah kedatangan Islam, sedangkan fakta yang
paling kuat membuktikan Aisyah r.a pada masa jahiliyah sudah bertunangan dengan
Jubair.
Jika
Aisyah r.a lahir pada sebelum datangnya Islam, artinya umur beliau pastilah
melebihi 6 tahun ketika dipinang Nabi dan melebihi dari 9 tahun ketika tinggal
bersama Nabi. Apalagi sejak zaman jahiliyah Aisyah r.a sudah bertunangan
dengan Jubair, artinya Aisyah r.a sudah dewasa. Apalagi ketika menikah dengan
Nabi saw pastilah umur Aisyah r.a benar-benar sudah cukup dewasa.
KESIMPULAN: Aisyah
bukan berumur 6 tahun ketika dipinang Nabi dan bukan juga 9 tahun ketika
tinggal bersama Nabi, pastilah Aisyah r.a sudah lebih dewasa.
DATA 5 : KEBIMBANGAN ABU
BAKAR
Setelah
Hijrah ke Madinah, Nabi saw belum juga mengambil Aisyah menjadi isterinya. Ini
yang menjadikan Abu Bakar bimbang, kemudian Abu Bakar terpaksa bertanya kepada
Nabi apa yang menjadi penyebab Nabi belum juga menjadikan Aisyah r.a sebagai
isterinya, kemudian Nabi menjawab bahwa beliau tidak mempunyai mahar
untuk diberikan kepada Aisyah ra. Mendengar jawaban Nabi itu, Abu Bakar
kemudian membayar sendiri mas kahwin untuk keperluan Nabi yang akan diberikan
kepada Aisyah ra.
Jika
difikir secara logika, apa yang perlu dibimbangkan oleh seorang ayah berkaitan
dengan perkahwinan anak gadisnya yang masih berusia 9 tahun? Justru berdasarkan
kebimbangan Abu Bakar tersebut, lebih wajar untuk menganggap bahwa Aisyah
ketika itu sudah jauh lebih dewasa dan bersedia untuk menikah, mungkin dalam
usia 19 tahun, dibandingkan masih berusia 9 tahun.
DATA 6 : TAHUN KEWAFATAN
AISYAH
Kebanyakan
ahli sejarah sepakat bahwa Aisyah wafat ketika berusia 67 tahun. Bahkan menurut
Hisham ibn Urwah, cucu kepada Asma, tahun kewafatan Aisyah adalah pada 50H /
672M.
Khalifa
ibn al-Khayyat al-Usfuri dan Imam Ahmad ibn Hanbal juga menyampaikan riwayat
yang sama. Dengan kata lain, jika semua ulama setuju beliau berusia 67
tahun pada 50H/672M, artinya Aisyah ra, telah lahir pada tahun 605M, dan ketika
Hijrah 622M beliau sudah berusia 17 tahun. Ini sekali lagi membuktikan bahwa
Aisyah ra, berusia 19 tahun ketika menikah dan tinggal bersama Nabi pada
2H/624M, bukannya pada usia 9 tahun seperti yang selama ini diceritakan oleh
ulama dan orientalis.
KESIMPULAN: Aisyah
berusia 19 tahun ketika menikah dan tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA 7 : TURUNNYA WAHYU
SURAH AL-QAMAR
Menurut
beberapa riwayat, Aisyah dilahirkan pada tahun kedelapan sebelum Hijrah. Tetapi
menurut sumber lain dalam Bukhari, Aisyah tercatat mengatakan hal ini: “Saya
seorang gadis muda (jariyah dalam bahasa arab)” ketika Surah Al-Qamar
diturunkan(Sahih Bukhari, kitabu’l-tafsir, Bab Qaulihi Bal al-sa`atu Maw`iduhum
wa’l-sa`atu adha’ wa amarr).
Surat
ke-54 dalam al-Quran diturunkan pada tahun kedelapan sebelum Hijrah (Bounteous
Koran, M.M. Khatib, 1985), menunjukkan bahwa surah tersebut diturunkan pada
tahun 614 M. jika Aisyah memulai berumahtangga dengan Rasulullah pada usia 9
tahun di tahun 623/624M, artinya Aisyah ra masih bayi yang baru lahir (sibyah
dalam bahasa Arab) pada saat Surah Al-Qamar diturunkan.
Menurut
riwayat diatas, sangat jelas sekali bahwa Aisyah ra adalah gadis muda, bukan
bayi yang baru lahir ketika wahyu surah Al-Qamar diturunkan. Jariyah berarti
gadis muda yang masih suka bermain. Artinya, Aisyah, telah menjadi jariyah
bukan sibyah (bayi), jadi telah berusia 6-13 tahun pada saat turunnya surah
Al-Qamar, oleh kerana itu pula sudah pasti Aisyah ra, sudah berusia 14-21 tahun
ketika dinikahi Nabi.
KESIMPULAN: Riwayat
ini juga bertentangan dengan sejarah Aisyah menikah pada usia 9 tahun dengan
Nabi sw.
DATA 8 : TEMAN-TEMAN AISYAH
Hadits dari Aisyah r.a:
“Ketika
aku bermain dengan mainanku, saat itu ada kawan-kawanku, dan datang baginda Rasulullah
kepadaku, lalu mereka akan keluar meninggalkanku, akan tetapi Rasulullah keluar
mendapatkan kawan kawanku itu dan membawa mereka kembali karena baginda senang
denganku bermain bersama dengan mereka. Kadangkala baginda berkata, “Tinggal di
situ, wahai Aisyah,” dan sebelum sempat kawan kawanku meninggalkan aku, baginda
akan turut serta dalam permainan kami.”(al-Bukhari and Muslim).
Jika
Aisyah dan kawan kawannya adalah kanak-kanak ketika itu, agak tidak wajar jika
mereka berhenti bermain apabila Rasullulah datang. Ini kerana kanak-kanak tidak
tahu arti segan atau malu ketika bermain. Bahkan, Rasulullah terkenal sebagai
seorang yang senang dengan anak-anak, bahkan terdapat riwayat yang menyatakan
apabila Rasulullah keluar, anak-anak mengerumuni baginda dan menarik tangan
baginda untuk diajak bermain.
Jika
Aisyah dan kawan kawannya masih anak-anak ketika itu, pasti mereka akan suka
dengan kehadiran Nabi, dan bukannya merasa malu lalu menghindar. Artinya Aisyah
pada saat itu sudah dewasa atau remaja.
KESIMPULAN: Aisyah
bukanlah anak kecil ketika tinggal bersama Nabi s.a.w.
DATA 9 : AISYAH MEMBUAT
TENUNAN
Terdapat
beberapa hadits mengenai Aisyah menenun langsir dan hamparan pada saat itu
ditegur oleh Nabi karena mengandung gambar di atasnya. Kerja membuat tenunan
dan jahitan ini tidak mungkin dilakukan oleh seorang anak-anak, malah lebih
sesuai sebagai pengisi waktu senggang oleh seorang gadis dewasa.
DATA 10 : PERISTIWA
ISRA' DAN MI'RAJ
Antara
hadits yang berkaitan dengan Isra' dan Mi'raj salah satunya diriwayatkan oleh
Aisyah. Peristiwa Isra' Mi'raj terjadi pada tahun 619M. Jika menurut kronologi
asal sejarah, Aisyah lahir pada 614M dan berusia 5 tahun ketika peristiwa itu
berjadi. Adalah sangat kurang wajar untuk anak-anak seusia 5 tahun untuk mampu
memberikan penjelasan yang sangat terperinci tentang hadits yang berkaitan
dengan peristiwa besar Isra' Mi'raj.
Jika kita
setuju dengan teori bahwa Aisyah lahir pada 605M, artinya Aisyah berumur 14
tahun ketika peristiwa Isra' Mi'raj, dan lebih sesuai dengan kematangannya
dalam meriwayatkan hadis tersebut.
DATA 11 : AISYAH IKUT DALAM
PERANG BADAR DAN UHUD
Sebuah
riwayat mengenai ikut terlibatnya Aisyah dalam perang Badar diceritakan dalam
hadits Muslim, (Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab karahiyati’l-isti`anah
fi’l-ghazwi bikafir): Aisyah, ketika menceritakan salah satu moment penting
dalam perjalanan selama perang Badar, mengatakan: “ketika kita mencapai
Shajarah”. Dari pernyataan ini nampak jelas, Aisyah merupakan anggota
perjalanan menuju Badar.
Sebuah
riwayat mengenai terlibatnya Aisyah dalam perang Uhud tercatat dalam Bukhari
(Kitabu’l-jihad wa’l-siyar, Bab Ghazwi’l-nisa’ wa qitalihinnama`a’lrijal):
“Anas mencatat bahwa pada hari Uhud, orang-orang tidak dapat berdiri dekat
Rasulullah. (pada hari itu) Saya melihat Aisyah dan Umm-i-Sulaim dari jauh,
Mereka menyingsingkan sedikit pakaiannya untuk mencegah halangan gerak dalam
perjalanan tersebut.”
Di dalam
perang Uhud, Aisyah bertugas mengangkut air minuman dari Madinah ke bukit Uhud
untuk diberikan kepada para pejuang. Perang Uhud terjadi pada 2H/625M.
Diriwayatkan
oleh Bukhari (Kitabu’l-maghazi, Bab Ghazwati’l-khandaq wa hiya’l-ahza’b): “Ibn
`Umar menyatakan bahwa Rasulullah tidak mengizinkan dirinya ikut dalam perang
Uhud, pada ketika itu, Ibnu Umar berusia 14 tahun. Tetapi ketika perang
Khandaq, ketika berusia 15 tahun, Nabi mengizinkan Ibnu Umar ikut dalam perang
tersebut.”
Berdasarkan
riwayat diatas, (1) anak-anak lelaki berusia dibawah 15 tahun akan dipulangkan
dan tidak diperbolehkan ikut dalam perang, dan (2) Aisyah ikut dalam perang
badar dan Uhud.
KESIMPULAN: Aisyah
ikut dalam perang Badar dan Uhud jelas menunjukkan bahawa beliau tidak berusia
9 tahun ketika itu, tetapi pasti melebihi 15 tahun. Ini kerana anak-anak lelaki
pun hanya dibenarkan menyertai perang jika telah melebihi umur 15 tahun.
DATA 12 :
KEBIJAKSANAAN AISYAH
Aisyah
terkenal sebagai seorang yang bijak dan mahir dalam beberapa bidang. Antaranya
syair, pengobatan, silsilah (sejarah) dan ilmu al-Quran. Tidak dapat diragukan
bahwa ilmu Aisyah dalam al-Quran adalah hasil pendidikan suami dan guru terbaik
yaitu Rasulullah s.a.w. Namun tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Rasulullah
turut mengajar pengobatan dan syair kepada Aisyah. Juga tidak ada bukti bahwa
terdapat guru lain di Madinah yang mengajar Aisyah dalam perkara ini.
Urwah ibn
Zubair ketika dipuji orang kerana bait-bait syairnya, mengatakan bahwa bibinya,
Aisyah jauh lebih pintar darinya dalam membuat syair.
Alasan
yang paling masuk akal bahwa, Aisyah belajar ilmu-ilmu ini daripada ayahnya,
Abu Bakar yang juga pakar dalam bidang silsilah (sejarah) dan juga syair. Ini
juga membuktikan bahwa Aisyah tidak mungkin meninggalkan rumah (menikah) seusia
9 tahun kerana jika begitu beliau pasti tidak sempat untuk belajar semua ilmu
tersebut dari ayahnya. Tapi jika dipakai alasan bahwa Aisyah keluar dari rumah
pada usia 19 tahun, maka cukup waktu untuk beliau belajar.
KESIMPULAN
TERAKHIR
Berdasarkan
hujah-hujah ilmiah dan percanggahan fakta sejarah yang dibincangkan di atas,
maka berikut adalah kronologi yang lebih tepat bagi menggambarkan tahun dan
umur Aisyah r.a ketika berkahwin dengan Rasulullah SAW :
570 M – Nabi lahir.
605 M – Aisyah lahir.
610 M – Nabi diangkat
menjadi Rasul.
619 M – Khadijah r.a
meninggal dunia.
620 M – Nabi s.a.w meminang
Aisyah r.a.
622 M – Hijrah ke Madinah.
623-624 M / 2 H – Nabi
s.a.w menikah / tinggal dengan Aisyah r.a.
632 M / 10 H – Nabi wafat.
672 M / 50 H – Aisyah r.a.
meninggal dunia.
Catatan
Penting :
Seharusnya kita semua
terutama para ulama dan ustadz sekarang harus menyampaikan kepada umat Islam
dan umat agama lain kronologis yang benar dan sesuai dengan fakta sejarah
adalah Aisyah r.a. lahir pada tahun 605M, dipinang Rasulullah pada tahun 620M
ketika berusia 15 tahun, dan menikah dengan Nabi pada tahun 623-624M/2H ketika
berusia 19 tahun dan Aisyah ra wafat pada tahun 50H/672M pada usia 67 tahun.